Minggu, 12 November 2017

Laporan Praktikum Lapangan Dasar Penyuluhan


LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
DASAR PENYULUHAN
“SARANA DAN PRASARANA PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN METODE & TEKNIK PENYULUHAN DI BP3K KECAMATAN MARTAPURA BARAT”




OLEH :
SUGIARTI
E1E115038
KELOMPOK VII





JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar  Belakang
Banyak pihak menilai bahwa pembangunan sumber daya manusia pertanian, termasuk pembangunan kelembagaan penyuluhan dan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian adalah faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap cerita keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Khususnya dalam upaya pencapaian swasembada beras pada tahun 1984 dan penurunan jumlah penduduk miskin perdesaan. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa investasi di bidang penyuluhan pertanian memberikan tingkat pengembalian internal yang tinggi. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan pertanian merupakan komponen penting dalam keseluruhan aspek pembangunan pertanian. Namun, ketika proses transformasi ekonomi menuju ke industrialisasi berlangsung, anggaran pemerintah untuk mendukung pembangunan sektor pertanian, termasuk penyuluhan pertanian, mengalami penurunan yang signifikan (Nasir, 2008).
Penyuluhan pertanian sebagai bagian integral pembangunan pertanian merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk itu kegiatan penyuluhan pertanian harus dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya melalui pendekatan partisipatif. Pengembangan pembangunan pertanian di masa mendatang perlu memberikan perhatian yang khusus terhadap penyuluhan pertanian, karena penyuluhan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan pertanian. Melalui kegiatan penyuluhan, petani ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraanya. Meningkatnya kesejahteraan petani dan keluarganya adalah tujuan utama dari pembangunan pertanian.
Penyuluhan pada dasarnya adalah pendidikan dimana target/sasarannya yaitu para petani/peternak harus mengalami perubahan perilaku, dari mulai aspek yang bersifat kognitif, afektif dan akhirnya psikomotorik. Tentang hal ini, diakui bahwa, penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal. Sebaliknya, meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala faktor pemaksanya sudah dihentikan. Oleh karena itu penyuluhan merupakan investasi untuk masa depan. Hasil dari penyuluhan tidak dapat diketahui dalam waktu yang singkat terlebih lagi jika tujuan utama suatu program penyuluhan adalah terjadinya adopsi suatu iknovasi yang ditawarkan atau terjadinya perubahan perilaku sasaran, tentu akan membutuhkan waktu yang relatif lama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Repubik Indonesia Nomor : 82/Permentan/OT.140/8/2013 Tentang Pedoman Sistem Kerja Latihan Dan Kunjungan bahwa Pendekatan pembangunan dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai pelaku utama pembangunan pertanian, yaitu petani, pekebun, dan peternak, beserta keluarga intinya. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut diupayakan antara lain melalui penyuluhan pertanian. Salah satu pendekatan dalam penyuluhan pertanian adalah dengan menggunakan Sistem Kerja “Latihan dan Kunjungan” (LAKU).
1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana keadaan/kondisi BPP dan jumlah WKPP/Wilkel binaan ?
2.    Bagaimana jumlah dan karaktersistik Penyuluh yang bertugas di lapangan ?
3.    Bagaimana keadaan lahan demplot petani ?
4.    Bagaimana kemudahan sarana transportasi penyuluh ?
5.    Apa saja dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan ?
1.3  Tujuan
1.    Mengetahui keadaan/kondisi BPP dan jumlah WKPP/Wilkel binaan
2.    Mengetahui jumlah dan karaktersistik Penyuluh yang bertugas di lapangan
3.    Mengetahui keadaan lahan demplot petani
4.    Mengetahui kemudahan sarana transportasi penyuluh
5.    Mengetahui dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan



BAB II
PRAKTIK LAPANGAN
Lokasi dan Waktu
2.1  Lokasi
Praktik lapangan Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Desa Sungai Rangas, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan 70652.
2.2  Waktu
Praktik lapangan Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Desember 2016 pukul 09.00 sampai dengan selesai dengan narasumber Bapak Samingan, SP.

KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN
Sarana dengan prasarana penyuluhan pertanian dalam pengembanga nmetode dengan teknik penyuluhan pada tingkat petani.
1.    Keadaan/ kondisi BPP denganjumlah WKPP / wilayah kelompok binaan BPP Astambul.
Ruangan kondisi BPP Astambul cukup baik, dengan dilengkapi ruangan – ruangan pertemuan seperti ruangan kepala BPP, tempat diskusi, dan ruang pengetikan. Adapun tempat BPP Astambul sangat setrategis karna letaknya dipemukiman petani sehingga petani mudah untuk keperluan – keperluan dalam penyuluhan.
Pada BPP Astambul membina 23 desa yang mana masing – masing desa terdiri dari 4 - 8 kelompok tani, setiap kelompok tani terdiri dari + 20 orang, dan 1 gapoktan ( gabungan kelompok tani) dalam satu desa yang dibina oleh penyuluh., masing– masing penyuluh membina 1 desa.
2.    Jumlah dengan karakteristik penyuluh yang bertugas di pangan.
Penyuluh pertanian yang ada di BPP Astambulberjumlah 23 orang yang terdiridari 14 orang PNS dan 9 orang penyuluh kontrak.
Para penyuluh bertempat tinggal diluar daerah binaan, hanya 3 orang yang bertempat tinggal di kecamatan Astambul, dan sisanya bertempat tinggal di kota, seperti Kota Martapuran dan Banjarbaru.  Hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke desa binaan.
Kegiatan penyuluh dalam 1 minggu adalah pada hari senin, rabu, kamis dan jumat para penyuluh berada dilapangan untuk kegiatan penyuluhan, dan pada hari selasa kegiatan di BPP untuk membahas permasalahan – permasalahan yang tidak biasa dipecahkan oleh penyuluh dan dipecahkan bersama – sama dengan pihak terkait, seperti Dinas pertanian, kab Banjar. Pertemuan di BPP selain membahas permasalahan juga penyampaiantentang technology – technology baru.
3.    Lahan demplot petani
Pada BPP Astambul tidak memiliki lahan Demplot petani atau lahan uji coba, karena keterbatasan lahan demplot petani atau lahan uji coba. Lahan pekarangan atau lahan disekitar BPP tidak biasa digunakan karena sudah penuh dengan bangunan perumahan penduduk.
Pada lahan hamparan persawahan petani terdapat Demontrasi plot (Demplot) tanaman pangan dan Hortikultura yang dipakai pada kegiatan Penyuluhan Pertanian, pada persawahan seluas 25 ha perkelompok tani terdapat 1 ha sawah sebagai uji perbandingan, dengan tujuan agar hasil produksi dapat diketahui dan diterapkan.
Komoditi tanaman unggulan pada binaan BPP Astambul adalah sebagai berikut :
a.   Tanamanpadisawah yang ditanamselama 1 tahun
b.   HortikulturaberupatanamanJeruk
c.   TanamanperkebunanberupatanamanKaret
d.   Setiaprumahpendudukhanyamemeliharaayamkampung< 10 ekor
e.   Hanyasebahagianpetani yang memeliharaitik.
4.    Kemudian sarana, transfortasi penyuluhan.
Sarana dan transfort yang difasilitasi oleh pemerintah kepada penyuluh BPP Astambul adalah sebagai berikut :
a.    Penyuluh dapat menempati Balai Penyuluhan Pertanian yang dilengkapi dengan beberapa ruangan, seperti : ruangan kepala BPP, tempat diskusi, ruang pengetikan, dan tempat buang air.
b.    Ruang pengetikan di fasilitasi 2 buah compoter.
c.    Dapat transfortasi berupa motor 2 buah untuk sebahagian penyuluh (senior)
d.    Pada kegiatan Penyuluhan Pertanian penyuluh menggunakan motor sebagai media transfortasi kelapangan
5.    Jenis teknik dengan metode (porsinya) penyuluhan yang dilaksanakan.
Adapun teknik dengan metode yang digunakan oleh penyuluh BPP adalah sebagai berikut :
a.      Pendekatan perorang (Anjangsana) : kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh kerumah / tempat petani.
b.      Pendekatan kelompok merupakan pendekatan penyuluh kekelompok tani untuk mendiskusikan kegiatan atau menyelesaikan maslah – masalah dalam penyuluhan pertanian serta pada kegiatan BPP Astambul yaitu SLPHT ( sekolah lapangan pengendalian hama tanaman terpadu) yang diselenggarakan setiap 1 musim tanam.
6.    Dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan
Dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan yang diberikan kepada petani antara lain yaitu Setiap Gapoktan diberikan dana permodalan sebesar 100 juta untuk dikembangkan sebagai modal usaha tani. Di Desa juga tersedia saprodi seperti obat – obatan, pupuk yang dibutuhkan oleh petani. Disebahagian desa sudah dapat technology – teknologi seperti pompa air dan hand tractor yang berguna untuk mendukung kegiatan petani dengan harapan petani dapat meningkatkan usaha taninya.


  
BAB III
KESIMPULAN
1.    Kesimpulan                            
            Penyuluh pertanian hadir untuk membantu dalam mengembangkan atau menata ulang perilaku petani, agar menjadi petani yang modern,tangguh dan efisien.     Keadaan sarana dan prasarana Penyuluhan Pertanian BP3K Kecamatan Martapura Barat sebagai BPP model selama 3 tahun cukup memadai namun masih banyak sarana dan prasarana yang masih harus di penuhi untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Dalam pemenuhan sarana dan prasarana ini dibutuhkan perhatian dari pemerintah.
2.    Saran
            Semoga pemerintah lebih memperhatikan sarana dan prasarana Penyuluh Pertanian serta perhatian dari para petani untuk membuka wawasan untuk menerima teknologi baru yang baik yang disarankan oleh Penyuluh Pertanian dan membuka diri untuk mau mengahadiri kegiatan penyuluhan agar dapat terciptanya metode dan tekhnik Penyuluhan ditingkat petani untuk Indonesia yang lebih sejahtera dan berkembang.


DAFTAR PUSTAKA

Mardikanto, Totok. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Nasir. 2008. Pengembangan Dinamika Kelompok Tani. http://www.dispertanak.pandeglang.go.id/artikel_11.htm. Diakses pada tanggal 4 Januari 2016
Salim, F. 2005. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian (materi dalam diklat dasar-dasar funsional penyuluh).
Soeharto,N.P. 2005. Progama Penyuluhan Pertanian ( materi dalam diklat dasar-dasar funsional penyuluh).


Rabu, 18 Oktober 2017

Laporan Praktikum Mikrobiologi Peternakan (Perhitungan)



LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PETERNAKAN
“Pengamatan dan Perhitungan Total Koloni”





OLEH :
SUGIARTI
E1E115038
KELOMPOK 4









JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016


DAFTAR ISI
HALAMAN  JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR.....................................................................................          ii
DAFTAR ISI...................................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................          1
1.1  Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2  Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II MATERI DAN METODE .......................................................................... 2
2.1  Alat dan Bahan.............................................................................................. 2
2.2  Waktu dan Tempat......................................................................................... 2
2.3  Metode Praktikum......................................................................................... 2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................          3
3.1  Hasil............................................................................................................... 3
3.2  Pembahasan.................................................................................................... 3
BAB IV PENUTUP.........................................................................................          6
4.1  Kesimpulan.................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 7


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Jumlah koloni mikroba dapat diperkirakan dengan suatu metode perhitungan. Terdapat dua metode perhitungan bakteri atau mikroba yaitu dengan metode hitung secara langsung (direct methode) dan metode perhitungan secara tidak langsung (indirect methode) dengan hitungan cawan baik dengan metode penyebaran maupun metode penuangan. Suatu sampel diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml, per gram, atau per cm permukaan. Diperlukan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada media agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam  jumlah yang tepat dihitung dimana jumlah terbaik adalah 30-300 koloni. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloni dapat dihitung sebagai satu koloni dan satu rantai koloni Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada di dalam suatu bahan atau media (Pelczar, 2008).
1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara perhitungan jumlah koloni mikroba menggunakan colony counter.

BAB II
MATERI DAN METODE
2.1  Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah : Cawan Petri, Erlenmeyer, Tabung Reaksi, Selotip, dan Kertas Aluminium.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : Daging Ayam Broiler, Tisu, Aquades dan Alkohol.
2.2  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Desember 2016 pukul 13.00 - 13.30 WITA bertempat di Laboratorium Fitopatologi Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.

2.3  Metode Praktikum
1.      Ambil kedua cawan petri yang telah ditanami media agar
2.      Kemudian amati dan lakukan perhitungan koloni yang tumbuh pada cawan petri
3.      Hitung koloni dari ukuran yang terbesar lebih dulu untuk memudahkan kita selanjutnya

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di laboratorium maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Cawan Petri
Jumlah Koloni
 I
340
II
0


3.2  Pembahasan
Adapun hasil dari pengamatan praktikum ini adalah sebagai berikut:
 x 106 =  x 106 = 170 x 106 = 1,7 x 108
Karena inokulum yang dipergunakan hanya 0,5 ml, maka koloni mikrobia per 1 ml adalah 2 x 1,7 x 108 = 3,4 x 108 CFU/ml.
Berdasarkan hasil dan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh penjelasan bahwa Mikroba dapat dihitung jumlahnya dengan metode penghitungan langsung (direct count) dan penghitungan tidak langsung (indirect count). Penghitungan secara langsung dilakukan di bawah mikroskop atau dengan partikel elektronik. Perhitungan secara langsung juga dapat dilakukan menggunakan counting chamber, menggunakan cara pengecatan dan menggunakan filter membrane. Pada penghitungan tidak langsung, sel mikroba dalam sampel dikonsentrasikan dan di tanam pada media yang sesuai pembentukan koloni dalam medium agar digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel. Perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sentrifuge, berdasarkan ketentuan, berdasarkan berat kering, dengan cara pengenceran, menggunakan cara Most Probable Number (MPN), dan berdasarkan jumlah koloni (plate count).
Berdasarkan hasil pengamatan pada medium NA yang pertama diperoleh jumlah koloni mikroba sebanyak 340 koloni dan pada sampel medium NA yang kedua mikroba tidak dapat terlihat karena beberapa faktor. Sehingga jika dirata-ratakan menjadi 340 koloni mikroba. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni mikroba yang ada pada satuan medium. Pada praktikum ini, medium yang digunakan adalah Nutrien Agar (NA). NA digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan mikroba aerobic dengan inokulasi di atas permukaan dan media ini baik untuk pertumbuhan total mikroba. Media NA sering digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroba total yang terdapat pada sampel makanan.
                  Colony Counter adalah alat yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroba yang tedapat dalam cawan petri dengan sisitem sensor sentuh. Persyaratan untuk melakukan perhitungan mikroban dengan menggunakan colony counter antara lain, jumlah bakteri pada cawan petri antara 30-300 koloni, tidak ada koloni yang menutupi lebih besar dari setengah luas cawan petri. Jika dilakukan berulang kali, hasilnya dirata-ratakan dan perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan mikroba tumbuh yaitu konsentrasi nutrien, temperatur, pH, tekanan osmosis dan O2. Konsentrasi nutrien sangat menetukan kecepatan transport nutrient kedalam sel. Pada konsentrasi rendah transport lebih sulit dilakukan sehingga mempengaruhi ketersediaan nutrien dalam sel. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimumnya mikroba dapat digolongkan menjadi 3 yaitu termofilik, mesofilik, dan psikofilik. Enzim transport elektron dan system transpor pada membran sel mikroba sangat peka terhadap pH. Berdasarkan pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhannya, mikroba digolongkan menjadi asidofilik, mesofilik, dan alkafilik. Konsentrasi zat terlarut akan menentukan tekanan osmosis suatu larutan. Semakin tinggi konsentrasi zat larutan maka semakin tinggi pula tekanan osmosis larutan tersebut, demikian pula sebaliknya. Tekanan osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan dengan ketersediaan air bagi sel mikroba. Banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh bila tidak tersedia O2, tetapi ada pula mikroba yang mampu tumbuh bila terdapat O2 bebas. Berdasarkan keperluan atas O2, maka mikroba yang ada bersifat aerob, anaerob, anaerob fakultatif serta aerofil.
      Hasil perhitungan dimisalkan jumlah koloni pada pengenceran 10‑7 = 30 dan pada pengenceran 10‑ 6 = 60 koloni. Maka jumlah koloni rata‑rata :

 x 106 =  x 106 = 170 x 106 = 1,7 x 108

Karena inokulum yang dipergunakan hanya 0,5 ml, maka koloni mikrobia per 1 ml adalah 2 x 1,7 x 108 = 3,4 x 108 CFU/ml.

BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.    Mikroba dapat dihitung secara langsung (direct Count) dan secara tidak    langsung (indirect Count).
2.    Jumlah koloni miroba yang terdapat pada media NA sebanyak 340 koloni.
3.    Media NA biasa digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroba yang terdapat pada sampel makanan.
4.    Faktor-faktor yang menyebabkan mikroba tumbuh yaitu konsentrasi nutrien, temperatur, pH, tekanan osmosis dan O2
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Alimuddin. 2005. Mikrobiologi Dasar. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Dwidjoseputro, D. 1994.Dasar dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hadietomo, Ratna. 1990.Mikrobiologi Dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia..