Selasa, 27 November 2018

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU REPRODUKSI TERNAK (Morfologi Spermatozoa)


LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU REPRODUKSI TERNAK

“MORFOLOGI SPERMATOZOA”
Penanggung Jawab : Drh. Muhammad Riyadhi, MSi/Asisten



OLEH :
           Eka Wulandari                                      E1E115004
           Sri Wahyu Lestari                          E1E115036
           Sugiannor                                           E1E115037
           Sugiarti                                              E1E115038
           Sulaiman                                      E1E115039
           A.M Rezky R.N                                       E1E115202
           Bagus Dwi Cahyo                           E1E115203
                    Kasyful Anwar                                      E1E115204
                    M. Alfishan                                          E1E115205
                    M. Bayu Rusma Indra                       E1E115206
                    M. Rizki Azhari                                      E1E115207
                    M. Andriyawan                                      E1E112023
            Murdani                                             E1E112204
                     Hendri Efendi                                       E1E112207
           
06 Desember 2016 / Pukul 16.00-Selesai
KELOMPOK 4





FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
SEMESTER GANJIL TA. 2016/2017
PENDAHULUAN
Sperma adalah sel haploid yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.
Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi jantan. Sel tersebut mempunyai kepala, leher, dan ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel epitel germinal yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus. Proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis (WHO, 1992).
Pada tahap pertama spermatozoa, spermatogonia primitive berkumpul di tepi membran basal. Spermatogonia bermigrasi ke arah sentral di antara sel-sel Sertoli. Sel Sertoli mempunyai membrane yang kuat berlekatan satu sama lain pada bagian dasar dan sisi, sehingga dapat membentuk lapisan pertahanan yang mencegah peneterasi dari kapiler-kapiler yang mengelilingi tubulus. Spermatogonia yang akan menjadi spermatozoa dapat menembus lapisan pertahanan (Ollero M, dkk, 2001).
Proses berikutnya ialah pembelahan secara meiosis. Spermatogonium yang masuk ke dalam lapisan sel-sel sertoli dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk suatu spermatosit primer. Spermatosit primer membelah menjadi spermatosit sekunder. Pembelahan meiosis kedua terjadi, dimana kedua kromatid dari 23 kromosom berpisah pada sentromer membentuk dua pasang 23 kromosom (Ollero M, dkk, 2001).
Berikutnya setelah tahap pembelahan meiosis, setiap spermatid kembali dimodifikasi oleh sel-sel Sertoli secara mengubah spermatit perlahan-lahan menjadi suatu spermatozoa dengan cara menghilangkan beberapa sitoplasmanya, mengatur kembali bahan kromatin dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala spermatozoa yang padat, dan mengumpulkan sisa sitoplasma dan membrane sel pada salah satu ujung dari sel untuk membentuk ekor. Bentuk akhir spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. (Ollero M, dkk, 2001).
Kepala spermatozoa terdiri atas sel berinti dengan sedikit sitoplasma dan lapisan membrane sel disekitar permukaannya. Dibagian luar terdapat selubung akrosom yang dibentuk dari alat Golgi. Akrosom ini mengandung enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom pada sel-sel tertentu, termasuk hialuronidase, yang dapat mencerna filament proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang sangat kuat. Enzim-enzim tersebut mempunyai peranan penting dalam hal memungkinkan sperma untuk membuahi ovum. Ekor spermatozoa atau flagellum, memiliki tiga komponen utama, yaitu : rangka pusat, membrane sel, dan sekelompok mitokondria yang terdapat pada proximal dari ekor. (Nallella KP, dkk, 2005).
Tahap pengubahan akhir dari spermatosit menjadi spermatozoa terjadi ketika spermatid terdapat pada lapisan sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli memelihara dan mengatur proses spermatogenesis. Setelah terbentuk sperma di dalam tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati epididimis. sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimis adalah sperma yang belum motil, dan tidak dapat membuahi ovum (Aitken RJ, dkk, 1995).

TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu :
1.       Mahasiswa dapat mengetahui bentuk spermatozoa dari individu hewan praktikum
2.       Mahasiswa dapat mengetahui morfologi normal dan abnormal spermatozoa

BAHAN DAN ALAT
Adapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain :
1.       Sampel spermatozoa sapi
2.       Objek gelas
3.       Cover gelas
4.       Mikroskop cahaya (40 x 10)


CARA KERJA
1.       Mahasiswa masuk ke dalam lab. dan mendengarkan pengantar praktikum
2.       Mahasiswa menggambarkan bentuk spermatozoa dari individu ternak dalam praktikum
3.       Mahasiswa dapat menyebutkan bagian-bagian spermatozoa dengan tepat


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data Morfologi spermatozoa yaitu sebagai berikut :
Morphologically normal
108
Tapered 
1
 Macrocephalous       
1
Multiple 
2
Cytoplasmic droplet                   
2
Absent  
2

Pembahasan
Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Kepala ditutup oleh tudung protoplasmik. Menurut Nalbandov (1995:  262) menyatakan bahwa, galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada sperma dewasa, tetapi sekarang diketahui bentuk ini merupakan bagian normal kepala sperma. Galea kapitis ini biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan.
Sumbu ekor (axial core) terdiri atas dua buah fibril pusat yang dikelilingi oleh 9 fibril ganda berupa sebuah cincin berganda. Cincin tersebut berjalan mulai dari daerah implantasi sampai ke ujung ekor. Pangkal ekor merupakan bagian spermatozoa. Sumbu pusat terdiri atas 11 fibril yang dikelilingi oleh 9 fibril yang lebih kasar. Pangkal ekor kaya dengan plasmogen, suatu bahan yang mengandung asam lemak. Bagian tengah ekor bertindak sebagai mesin pendorong. Bagian ujung ekor pendek dan tidak mempunyai selubung maupun fibril pusat. Menurut Sukra (2000: 48) menyatakan bahwa, ekor sperma berupa silia yang terdiri dari mikrotubulus dan mengandung banyak ATP untuk energi pergerakan ekor. Ekor spermatozoa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Bentuk kepala bervariasi tergantung spesies. Pada sapi, domba, babi, dan kelinci berbentuk bulat telur pipih, sedangkan pada manusia berbentuk bulat. Bila bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan berenang dalam air. Menurut Nalbandov (1995: 262) menyatakan bahwa, hanya bila sudah mati maka sperma tampak datar dengan permukaan. Pada unggas, kepala berbentuk silinder memanjang, pada mencit dan tikus, ujung kepal berbentuk kait.
DISKUSI
1.       Gambarkan perbandingan (dengan ukuran) bentuk spermatozoa dari beberapa jenis hewan berikut : sapi, domba, babi, ayam dan tikus (cantumkan sumber bukunya).
2.       Gambarkan bentuk morfologi spermatozoa abnormal yang anda temukan dan termasuk dalam kelompok manakah morfologi abnormal tersebut, jelaskan penyebabnya !
3.       Sebutkan fungsi dari masing-masing bagian (morfologi) spermatozoa (cantumkan sumber bukunya).

Penjelasan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6RhjuJpZ4cb78i2SkX94i82SJXUB9lELaRptEBY7fvmjsRDlIBOD_JeCsJ5b-_d9elXmPe0z47_fBsFxzx7xE2mwLfenRfuGd0rG5sWJLKLnFaUZktTZlub_83wJA9Vl-13K9uxlenbve/s1600/wg.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0tE6vaqjREfHff3uvRdwYqHMYWrAu-bWR4Zphcn8qK04uhXGmUfLLNevbZoUX26O9CktUsshX2ocioHVMpQSMx0HihryFc38oto-z_Ejhsz2OAl1_I9S8ilm1VBOwJz1q7cMjoZX1X_yD/s1600/ef.jpg
Gambar 1. Spermatozoa Sapi
      Gambar 2. Spermatozoa Ayam

Gambar 3. Spermatozoa Tikus


Beberapa penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas. Antara lain sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil, kepala rangkap, sel sperma tanpa kepala atau tanpa ekor (seringkali disebabkan perlakuan kasar waktu membuat persediaan untuk diwarnai atau untuk pengawetan, tetapi sering juga terlihat pada pembuatan persediaan yang dikejakan dengan hati-hati), kepala dengan banyak ekor, ekor bengkok atau melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik di bagian tengah. Menurut Nalbandov (1995: 263) menyatakan bahwa, pada ejakulat yang normal dapat tidak dijumpai atau jarang dijumpai abnormalitas-abnormalitas tersebut. Bila abnnormalitas ditemukan dalam jumlah besar, fertilisasi pejantan pemilik semen tersebut akan terganggu.
Bila jumlah abnormal mendekati 50 persen dari total sel sperma pada ejakulat, jantan tersebut steril-meskipun jumlah sperma yang normal pada ejakulat, seharusnya secara teoritis jauh lebih cukup untuk memungkinkan terjadinya fertilisasi. Pada sebagian besar spesies, kepala yang mengandung nukleus haploid ditudungi oleh badan khusus, yaitu akrosom (acrosome). Menurut Campbell (2000: 160) menyatakan bahwa, yang mengandung enzim yang membantu sperma menebus sel telur dibelakang kepala, sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria (atau sebuah mitokondria yang besar, pada beberapa spesies) yang menyediakan ATP untuk pergerakan ekor, yang berupa kepala berbentuk koma tipis, berbentuk oval (seperti pada manusia), atau berbentuk hamper bulat. Spermatogenesis terjadi dalam tubula seminiferus testis.
Sperma abnormal umumnya terlihat pada domba jantan yang menderita sterilisasi musim panas, jantan penderita sakit demam, dan pada jantan yang dikawinkan terlalu sering atau terlalu muda. Menurut Nalbandov (1995: 263) menyatakan bahwa, terkadang tidak ada penyebab yang pasti mengapa ditemukan sperma abnormal dalam ejakulat, dan cacat tersebut dapat menjadi normal kembali dengan berlalunya waktu. Beberapa kecacatan sel sperma tertentu diketahui ada yang bersifat genetic.Kepala sperma mengandung zat inti (nukleus spermatid) yang bertugas melakukan fertilisasi ke dalam ovum. Di depan kepala terdapat akrosom yang berasal dari badan golgi. Akrosom mengandung hialurodinase dan protease yang berfungsi melarutkan dinding ovum. Mitokondria mengelompok dibagian badan.                 

Morfologi Spermatozoa

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPkGJKX6s-ulHmm-Qe5SyqSQLPWIo9VbhbidZ60UgvdfWtIRm5YWGrvVW0f7gP_t_GGjmohy00vNhLwp2YVPqdLBWC0OK8003Gp4wFUK6sHTxThz77_zuZ_zBb4roqRGb55i_8j-E73tsr/s1600/se.jpg

Spermatozoa terbagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan ekor. Kepala spermatozoa dibagi menjadi 2 daerah, yaitu akrosom anterior yang dibungkus oleh tudung akrosom dan post akrosomal posterior. Akrosom/tudung akrosom merupakan struktur berupa dua lapis kantong membran yang terdapat di antara plasma membran dan anterior dari kepala spermatozoa, bagian ini mengandung akrosin, hyaluronidase dan enzim hidrolitik lainnya yang berperan dalam menembus ovarium. Bagian ujung dari akrosom inilah yang akan menembus membran oosit (Barth & Oko 1989).
Kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar dan datar. Bagian ini berisikan materi genetik berupa kromosom yang terdiri dari untaian rantai DNA (deoxyribonucleic acid) yang terbentuk melalui tahapan meiosis dalam proses spermatogenesis sehingga jumlah kromosom pada DNA ini adalah diploid atau setengah dari DNA sel somatik dari spesies yang sama. Ekor spermatozoa dibagi menjadi tiga bagian yaitu mid piece, principal piece dan end piece. Bagian ekor ini terdiri dari aksonema yang tersusun dari sembilan pasang mikrotubulus yang melingkari dua inti filament, aksonema itu sendiri dibungkus oleh banyak mitokondria yang tersusun secara helix yang mengelilingi serabut longitudinal dari ekor. Mitokondria ini digunakan sebagai sumber energi bagi motilitas spermatozoa, fruktosa dalam semen merupakan sumber proses pembentukan ATP di mitokondria. Ekor ini melakukan gerak lokomosi dengan gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan ke arah posterior sepanjang ekor, hal ini berkaitan dengan keberhasilan proses fertilisasi. Ekor spermatozoa terbagi menjadi empat bagian yaitu bagian penghubung, bagian tengah, bagian utama dan bagian ujung. Bagian penghubung merupakan bagian rangakaian penghubung yang pendek antar kepala dengan ekor yang terdiri dari segmen-segmen, jaringan fibrosa dan capitulum. Bagian tengah spermatozoa merupakan bagian yang dimulai dari distal bagian penghubung sampai annulus (struktur yang membatasi bagian tengah dengan bagian utama). Bagian utama ekor merupakan derah yang dimulai dari annulus sampai ujung ekor.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Kepala ditutup oleh tudung protoplasmik. Galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada sperma dewasa, tetapi sekarang diketahui bentuk ini merupakan bagian normal kepala sperma. Galea kapitis ini biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan.
Beberapa penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas. Antara lain sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil, kepala rangkap, sel sperma tanpa kepala atau tanpa ekor (seringkali disebabkan perlakuan kasar waktu membuat persediaan untuk diwarnai atau untuk pengawetan, tetapi sering juga terlihat pada pembuatan persediaan yang dikejakan dengan hati-hati), kepala dengan banyak ekor, ekor bengkok atau melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik di bagian tengah. Pada ejakulat yang normal dapat tidak dijumpai atau jarang dijumpai abnormalitas-abnormalitas tersebut. Bila abnnormalitas ditemukan dalam jumlah besar, fertilisasi pejantan pemilik semen tersebut akan terganggu.

Saran
Sebagai praktikan kita harus memahami terlebih dahulu materi dan tata cara praktikum serta membagi tugas agar kegiatan praktikum bisa lebih efisien.  Kita juga sebaiknya lebih teliti dalam mengukur karena akan mempengaruhi keakuratan dari hasil praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Nalbandov. 1995. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Universitas Indonesia Press: Jakarta. VII+ 378 hlm.

Nallella KP, dkk. 2005. Identification of Male Factor Infertility Using a Novel Semen Quality Score and Reactive Oxygen Species Levels Clinics.

World Health Organization. 1992. Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen. Edisi ke-3. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Bart AD, Oko RJ. 1989. Abnormal morphology of bovine spermatozoa lowa: lowa State University Press Ball, P. J.H & A.R. Peters. 2004. Reproduction in Cattle. 3rd ed. UK: Blackwell Publishing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar