LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU
REPRODUKSI TERNAK
“MORFOLOGI
SPERMATOZOA”
Penanggung
Jawab : Drh. Muhammad Riyadhi, MSi/Asisten
OLEH
:
Eka
Wulandari E1E115004
Sri
Wahyu Lestari E1E115036
Sugiannor
E1E115037
Sugiarti E1E115038
Sulaiman E1E115039
A.M Rezky R.N E1E115202
Bagus Dwi Cahyo E1E115203
Kasyful
Anwar E1E115204
M.
Alfishan E1E115205
M.
Bayu Rusma Indra E1E115206
M.
Rizki Azhari E1E115207
M.
Andriyawan E1E112023
Murdani E1E112204
Hendri
Efendi E1E112207
06
Desember 2016 / Pukul 16.00-Selesai
KELOMPOK
4
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
SEMESTER GANJIL TA. 2016/2017
PENDAHULUAN
Sperma adalah sel haploid yaitu gamet
jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan
tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan
zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan
sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai
peranan fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya
untuk membuahi telur pada jenis yang sama.
Spermatozoa merupakan sel yang
dihasilkan oleh fungsi reproduksi jantan. Sel tersebut mempunyai kepala, leher,
dan ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel epitel germinal
yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak dalam dua sampai tiga
lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus. Proses perkembangan spermatogonia
menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis (WHO, 1992).
Pada tahap pertama spermatozoa,
spermatogonia primitive berkumpul di tepi membran basal. Spermatogonia
bermigrasi ke arah sentral di antara sel-sel Sertoli. Sel Sertoli mempunyai
membrane yang kuat berlekatan satu sama lain pada bagian dasar dan sisi,
sehingga dapat membentuk lapisan pertahanan yang mencegah peneterasi dari
kapiler-kapiler yang mengelilingi tubulus. Spermatogonia yang akan menjadi
spermatozoa dapat menembus lapisan pertahanan (Ollero M, dkk, 2001).
Proses berikutnya ialah pembelahan
secara meiosis. Spermatogonium yang masuk ke dalam lapisan sel-sel sertoli
dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk suatu
spermatosit primer. Spermatosit primer membelah menjadi spermatosit sekunder.
Pembelahan meiosis kedua terjadi, dimana kedua kromatid dari 23 kromosom
berpisah pada sentromer membentuk dua pasang 23 kromosom (Ollero M, dkk, 2001).
Berikutnya setelah tahap pembelahan
meiosis, setiap spermatid kembali dimodifikasi oleh sel-sel Sertoli secara
mengubah spermatit perlahan-lahan menjadi suatu spermatozoa dengan cara
menghilangkan beberapa sitoplasmanya, mengatur kembali bahan kromatin dari inti
spermatid untuk membentuk satu kepala spermatozoa yang padat, dan mengumpulkan
sisa sitoplasma dan membrane sel pada salah satu ujung dari sel untuk membentuk
ekor. Bentuk akhir spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. (Ollero M, dkk,
2001).
Kepala spermatozoa terdiri atas sel
berinti dengan sedikit sitoplasma dan lapisan membrane sel disekitar permukaannya.
Dibagian luar terdapat selubung akrosom yang dibentuk dari alat Golgi. Akrosom
ini mengandung enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom pada
sel-sel tertentu, termasuk hialuronidase, yang dapat mencerna filament
proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang sangat kuat. Enzim-enzim
tersebut mempunyai peranan penting dalam hal memungkinkan sperma untuk membuahi
ovum. Ekor spermatozoa atau flagellum, memiliki tiga komponen utama, yaitu :
rangka pusat, membrane sel, dan sekelompok mitokondria yang terdapat pada
proximal dari ekor. (Nallella KP, dkk, 2005).
Tahap pengubahan akhir dari spermatosit
menjadi spermatozoa terjadi ketika spermatid terdapat pada lapisan sel-sel
Sertoli. Sel-sel Sertoli memelihara dan mengatur proses spermatogenesis.
Setelah terbentuk sperma di dalam tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu
beberapa hari untuk melewati epididimis. sperma yang bergerak dari tubulus
seminiferus dan dari bagian awal epididimis adalah sperma yang belum motil, dan
tidak dapat membuahi ovum (Aitken RJ, dkk, 1995).
TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa
dapat mengetahui bentuk spermatozoa dari individu hewan praktikum
2. Mahasiswa
dapat mengetahui morfologi normal dan abnormal spermatozoa
BAHAN DAN ALAT
Adapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini
antara lain :
1.
Sampel spermatozoa sapi
2.
Objek gelas
3.
Cover gelas
4.
Mikroskop cahaya (40 x 10)
CARA KERJA
1. Mahasiswa masuk ke dalam lab. dan mendengarkan
pengantar praktikum
2. Mahasiswa menggambarkan bentuk
spermatozoa dari individu ternak dalam praktikum
3. Mahasiswa dapat menyebutkan
bagian-bagian spermatozoa dengan tepat
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, didapatkan data Morfologi spermatozoa yaitu sebagai
berikut :
Morphologically normal
|
108
|
Tapered
|
1
|
Macrocephalous
|
1
|
Multiple
|
2
|
Cytoplasmic droplet
|
2
|
Absent
|
2
|
Pembahasan
Sel
sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Kepala
ditutup oleh tudung protoplasmik. Menurut Nalbandov (1995: 262)
menyatakan bahwa, galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada sperma dewasa,
tetapi sekarang diketahui bentuk ini merupakan bagian normal kepala sperma.
Galea kapitis ini biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut lemak yang
biasanya digunakan untuk pengecatan.
Sumbu ekor (axial core) terdiri atas dua buah fibril
pusat yang dikelilingi oleh 9 fibril ganda berupa sebuah cincin berganda.
Cincin tersebut berjalan mulai dari daerah implantasi sampai ke ujung ekor.
Pangkal ekor merupakan bagian spermatozoa. Sumbu pusat terdiri atas 11 fibril
yang dikelilingi oleh 9 fibril yang lebih kasar. Pangkal ekor kaya dengan
plasmogen, suatu bahan yang mengandung asam lemak. Bagian tengah ekor bertindak
sebagai mesin pendorong. Bagian ujung ekor pendek dan tidak mempunyai selubung
maupun fibril pusat. Menurut Sukra (2000: 48) menyatakan bahwa, ekor sperma berupa silia yang terdiri dari
mikrotubulus dan mengandung banyak ATP untuk energi pergerakan ekor. Ekor
spermatozoa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Bentuk
kepala bervariasi tergantung spesies. Pada sapi, domba, babi, dan kelinci
berbentuk bulat telur pipih, sedangkan pada manusia berbentuk bulat. Bila
bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan berenang dalam
air. Menurut Nalbandov (1995: 262) menyatakan bahwa, hanya bila sudah mati maka
sperma tampak datar dengan permukaan. Pada unggas, kepala berbentuk silinder
memanjang, pada mencit dan tikus, ujung kepal berbentuk kait.
DISKUSI
1.
Gambarkan perbandingan (dengan ukuran)
bentuk spermatozoa dari beberapa jenis hewan berikut : sapi, domba, babi, ayam
dan tikus (cantumkan sumber bukunya).
2.
Gambarkan bentuk morfologi spermatozoa
abnormal yang anda temukan dan termasuk dalam kelompok manakah morfologi
abnormal tersebut, jelaskan penyebabnya !
3.
Sebutkan fungsi dari masing-masing
bagian (morfologi) spermatozoa (cantumkan sumber bukunya).
Penjelasan
Gambar 1. Spermatozoa
Sapi
Gambar 2. Spermatozoa Ayam
Gambar 3. Spermatozoa Tikus
Beberapa
penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas. Antara lain
sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil, kepala rangkap, sel sperma
tanpa kepala atau tanpa ekor (seringkali disebabkan perlakuan kasar waktu
membuat persediaan untuk diwarnai atau untuk pengawetan, tetapi sering juga
terlihat pada pembuatan persediaan yang dikejakan dengan hati-hati), kepala
dengan banyak ekor, ekor bengkok atau melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik
di bagian tengah. Menurut Nalbandov (1995: 263) menyatakan bahwa, pada ejakulat
yang normal dapat tidak dijumpai atau jarang dijumpai abnormalitas-abnormalitas
tersebut. Bila abnnormalitas ditemukan dalam jumlah besar, fertilisasi pejantan
pemilik semen tersebut akan terganggu.
Bila
jumlah abnormal mendekati 50 persen dari total sel sperma pada ejakulat, jantan
tersebut steril-meskipun jumlah sperma yang normal pada ejakulat, seharusnya
secara teoritis jauh lebih cukup untuk memungkinkan terjadinya fertilisasi.
Pada sebagian besar spesies, kepala yang mengandung nukleus haploid ditudungi
oleh badan khusus, yaitu akrosom (acrosome). Menurut Campbell (2000:
160) menyatakan bahwa, yang mengandung enzim yang membantu sperma menebus sel
telur dibelakang kepala, sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria (atau
sebuah mitokondria yang besar, pada beberapa spesies) yang menyediakan ATP
untuk pergerakan ekor, yang berupa kepala berbentuk koma tipis, berbentuk oval
(seperti pada manusia), atau berbentuk hamper bulat. Spermatogenesis terjadi
dalam tubula seminiferus testis.
Sperma abnormal umumnya terlihat pada domba jantan
yang menderita sterilisasi musim panas, jantan penderita sakit demam, dan pada
jantan yang dikawinkan terlalu sering atau terlalu muda. Menurut Nalbandov
(1995: 263) menyatakan bahwa, terkadang tidak ada penyebab yang pasti mengapa ditemukan
sperma abnormal dalam ejakulat, dan cacat tersebut dapat menjadi normal kembali
dengan berlalunya waktu. Beberapa kecacatan sel sperma tertentu diketahui ada yang bersifat
genetic.Kepala sperma mengandung zat inti (nukleus spermatid) yang bertugas
melakukan fertilisasi ke dalam ovum. Di depan kepala terdapat akrosom yang
berasal dari badan golgi. Akrosom mengandung hialurodinase dan protease yang
berfungsi melarutkan dinding ovum. Mitokondria mengelompok dibagian badan.
Morfologi
Spermatozoa
Spermatozoa
terbagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan ekor. Kepala spermatozoa dibagi
menjadi 2 daerah, yaitu akrosom anterior yang dibungkus oleh tudung akrosom dan
post akrosomal posterior. Akrosom/tudung akrosom merupakan struktur
berupa dua lapis kantong membran yang terdapat di antara plasma membran dan
anterior dari kepala spermatozoa, bagian ini mengandung akrosin, hyaluronidase
dan enzim hidrolitik lainnya yang berperan dalam menembus ovarium. Bagian ujung
dari akrosom inilah yang akan menembus membran oosit (Barth & Oko 1989).
Kepala
spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar dan datar. Bagian ini berisikan
materi genetik berupa kromosom yang terdiri dari untaian rantai DNA (deoxyribonucleic
acid) yang terbentuk melalui tahapan meiosis dalam proses spermatogenesis
sehingga jumlah kromosom pada DNA ini adalah diploid atau setengah dari DNA sel
somatik dari spesies yang sama. Ekor spermatozoa dibagi menjadi tiga bagian
yaitu mid piece, principal piece dan end piece.
Bagian ekor ini terdiri dari aksonema yang tersusun dari sembilan pasang
mikrotubulus yang melingkari dua inti filament, aksonema itu sendiri dibungkus
oleh banyak mitokondria yang tersusun secara helix yang mengelilingi serabut
longitudinal dari ekor. Mitokondria ini digunakan sebagai sumber energi bagi
motilitas spermatozoa, fruktosa dalam semen merupakan sumber proses pembentukan
ATP di mitokondria. Ekor ini melakukan gerak lokomosi dengan gelombang yang
dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan ke arah posterior
sepanjang ekor, hal ini berkaitan dengan keberhasilan proses fertilisasi. Ekor
spermatozoa terbagi menjadi empat bagian yaitu bagian penghubung, bagian
tengah, bagian utama dan bagian ujung. Bagian penghubung merupakan bagian
rangakaian penghubung yang pendek antar kepala dengan ekor yang terdiri dari
segmen-segmen, jaringan fibrosa dan capitulum. Bagian tengah spermatozoa
merupakan bagian yang dimulai dari distal bagian penghubung sampai annulus (struktur
yang membatasi bagian tengah dengan bagian utama). Bagian utama ekor merupakan
derah yang dimulai dari annulus sampai ujung ekor.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sel
sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Kepala
ditutup oleh tudung protoplasmik. Galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada
sperma dewasa, tetapi sekarang diketahui bentuk ini merupakan bagian normal
kepala sperma. Galea kapitis ini biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut
lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan.
Beberapa
penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas. Antara lain
sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil, kepala rangkap, sel sperma
tanpa kepala atau tanpa ekor (seringkali disebabkan perlakuan kasar waktu
membuat persediaan untuk diwarnai atau untuk pengawetan, tetapi sering juga
terlihat pada pembuatan persediaan yang dikejakan dengan hati-hati), kepala
dengan banyak ekor, ekor bengkok atau melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik
di bagian tengah. Pada ejakulat yang normal dapat tidak dijumpai atau jarang
dijumpai abnormalitas-abnormalitas tersebut. Bila abnnormalitas ditemukan dalam
jumlah besar, fertilisasi pejantan pemilik semen tersebut akan terganggu.
Saran
Sebagai
praktikan kita harus memahami terlebih dahulu materi dan tata cara praktikum
serta membagi tugas agar kegiatan praktikum bisa lebih efisien. Kita juga sebaiknya lebih teliti dalam mengukur
karena akan mempengaruhi keakuratan dari hasil praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Nalbandov.
1995. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Universitas
Indonesia Press: Jakarta. VII+ 378 hlm.
Nallella
KP, dkk.
2005. Identification of Male Factor
Infertility Using
a Novel Semen
Quality Score
and Reactive Oxygen
Species Levels Clinics.
World
Health Organization. 1992. Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen.
Edisi ke-3. Palembang: Universitas
Sriwijaya.
Bart
AD, Oko RJ. 1989. Abnormal morphology of bovine spermatozoa lowa:
lowa State University Press Ball, P. J.H & A.R. Peters. 2004. Reproduction
in Cattle. 3rd ed. UK: Blackwell Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar